Salah satu kesulitan ketika kita menentukan ukuran yang dipergunakan untuk mengukur kinerja suatu organisasi adalah kerancuan antara penetapan pengukuran terhadap organisasi dengan pengukuran terhadap orang yang bertanggungjawab terhadap organisasi tersebut.
Sekalipun dalam prakteknya, keberhasilan suatu organisasi kreditnya diberikan kepada pimpinan organisasi, tetapi seyogyanya kita bisa membedakan ukuran yang dipergunakan untuk memonitor kinerja organisasi dengan ukuran yang dipergunakan untuk memonitor kinerja pimpinan organisasi.
Sebagai analogi, saya mengilustrasikan apa yang terjadi pada lomba balap Formula 1 tahun 2007, yaitu antara Mobil McLaren Mercedes dengan pembalapnya, Lewis Hamilton.
Jika kita menentukan ukuran kinerja mobil McLaren Mercedes dalam balapan F1 di suatu sirkuit, maka yang diukur terhadap kinerjanya adalah seberapa cepat mobil itu menyentuh garis finis. Obyek pengukuran dalam keberhasilan lomba balap F1 jelas “kapan mobil balap melintasi garis finis”.
Memang, ketika kemudian mobil balap McLaren Mercedes yang dikemudikan oleh Lewis Hamilton berhasil melintasi garis finis lebih dahulu dibandingkan dengan mobil balap yang lain, maka Lewis Hamilton dinyatakan sebagai “pemenang” balapan. Hal yang logis karena Lewis Hamilton-lah yang “membawa” mobil McLaren Mercedes melewati garis finis (dan bukan sebaliknya).
Namun demikian, sesungguhnya pada saat mobil McLaren Mercedes melewati garis finis, yang menjadi obyek pengukuran adalah “mobil”-nya, dan bukan “pembalap”-nya. Demikian juga ketika statistik balapan menunjukkan kecepatan tercepat pada satu putaran, maka angka yang ditampilkan adalah kecepatan “mobil”, bukan kecepatan “pembalap”.
Oleh karena itu, ukuran yang dipergunakan untuk memonitor mobil McLaren Mercedes dapat disebutkan antara lain:
– Waktu tempuh
– Kecepatan maksimum di setiap sudut sirkuit
– Kecepatan rata-rata setiap putaran
– Konsumsi bahan bakar per putaran
– Dan lainnya
Kalau begitu, ukuran apa yang dapat dipergunakan untuk mengukur seorang Lewis Hamilton?
Sebagai seorang manusia yang mengendarai mobil balap McLaren Mercedes, maka Lewis Hamilton harus diukur dari “cara” dia membalap (baca: me-manage), jadi, ukuran yang dapat dimonitor antara lain adalah:
– Kecakapan mengemudi
– Keberanian melakukan manuver
– Efektifitas dalam mengendarai mobil
– Kemampuan mengendalikan emosi dan stress
– Kemampuan berkoordinasi dan berkomunikasi
– Dan lainnya
Jika kinerja mobil McLaren Mercedes dan kinerja seorang Lewis Hamilton secara bersama-sama mencapai titik yang optimal, maka akan menghasilkan keberhasilan dalam bentuk masuknya mobil McLaren Mercedes untuk melewati garis finis lebih cepat dari yang lain.
Bagaimana dengan indikasi kegagalan pada mobil McLaren Mercedes? Ukuran yang umum dapat dilihat adalah ketidakberhasilan mobil dipacu pada kecepatan maksimal, gagal mesin (meledak), pecah ban, atau mengalami kerusakan suspensi, dan sebagainya.
Intisari
Dengan demikian, kita bisa pergunakan konsepsi yang sama, ukuran untuk memonitor organisasi, obyek pengukurannya haruslah tetap organisasi, sedangkan ukuran untuk memonitor pimpinan organisasi, maka obyeknya adalah pimpinan organisasi tersebut.
Sebagai contoh, ukuran yang seharusnya dimonitor dalam suatu organisasi yang berorientasi laba adalah keuntungan, jumlah penjualan, dan sebagainya. Sedangkan ukuran yang dapat dipergunakan untuk mengukur pimpinan organisasi adalah kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi dan berkoordinasi, kemampuan mengelola organisasi, dan sebagainya.
Hal ini terkait dengan konsep “lead indicator” dan “lag indicator”. Keberhasilan Mobil McLaren Mercedes yang dikemudikan Lewis Hamilton di depan mobil balap yang lain merupakan “lag indicator”. Sedangkan kecepatan rata-rata per putaran yang ditempuh mobil dan juga kondisi psikis dari Lewis Hamilton pada saat balapan, adalah “lead incicators”.
“Lag indicators” jelas merupakan indikator kinerja dari sesuatu yang telah lewat. Sedangkan “lead indicators” adalah ukuran kinerja yang kita bisa kelola, karena sedang terjadi dan belum menghasilkan hasil akhir.
Demikian pula dengan pengelolaan organisasi, adalah sangat penting memonitor “lead indicators” ini. Misalnya, jumlah keluhan yang masuk dari pelanggan, jumlah pelanggan baru, kecepatan melakukan inovasi produk, turnover karyawan, ini semua merupakan contoh cari “lead indicators” bagi kesuksesan kinerja perusahaan.
Untuk pimpinan organisasi, kepemimpinan, kemampuan manajerial, atau kemampuan berkoordinasi dan berkomunikasi juga merupakan “lead indicator” dari keberhasilan organisasi yang dipimpinnya.
Analogi Again ...
Kembali kepada analogi balapan F1 tahun 2007. Kinerja mobil balap McLaren Mercedes jelas sangat optimal. McLaren Mercedes melalui dua pembalapnya Lewis Hamilton dan Fernando Alonso terus memimpin di perhitungan klasemen, bahkan hingga menjelang balapan terakhir di Brazil. Lewis Hamilton seharusnya sudah menjadi juara dunia seandainya dia berhasil membawa mobilnya memasuki garis finis di Shanghai di depan Alonso. Tapi sebuah kesalahan kecil dilakukan oleh Lewis Hamilton ketika gagal membawa mobilnya masuk ke pit-stop. Demikian pula kesalahan mendasar yang dilakukan Lewis Hamilton ketika gagal melakukan perpindahan gigi persneling pada saat balapan akhir di Brazil.
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa kegagalan Lewis Hamilton pada GP Shanghai dan GP Brazil pada balapan F1 tahun 2007 bukanlah kegagalan mobil McLaren Mercedes. Pada GP Shanghai, Lewis Hamilton “gagal” membawa masuk mobil ke dalam pit-stop, dan tergelincir keluar jalur. Sedangkan pada GP Brazil, Lewis Hamilton “gagal” mengelola perpindahan gigi persneling sehingga kehilangan waktu hampir 40 detik dan tercecer ke urutan belakang.
Jadi, keberhasilan suatu organisasi memang sangat tergantung kepada kepiawaian pimpinan organisasinya. Namun demikian, kita harus dengan jelas menggunakan ukuran yang berbeda ketika kita mengukur organisasi dan ketika mengukur pimpinan organisasi.
Referensi :
PLEASE ANSWER :
0 Comment to "LAG INDICATORS VS LEAD INDICATORS"
Posting Komentar