PARADIGMA PERSAUDARAAN DALAM LEBARAN

alamsyahnurseha
Paradigma 1 Syawal (lebaran)

Sembari mendengarkan takbir, tahmid, dan tahlil yang dilantunkan Umat Muslim. Penulis mencoba berdiskusi yang mengkerucut kepada perihal "Tenggang Rasa Bangsa".

Hal tersebut (tenggang rasa) sangat dielu-elukan bangsa lain kepada Bangsa Indonesia yang katanya berbangsa majemuk.

Saking majemuknya, bangsa Indonesia hanya tahu kemajemukannya yang ada disekitarannya, peduli pada kemajemukan lainnya saat bersentuhan dengan dirinya.
Mengawali pembicaraan di forum Doktor Pendidikan, penulis mengangkat istilah "lebaran". Sudah tentu semua bangsa tahu makna lebaran (secara majazi), entah secara ma'nawi.

Melawan kemacetan, melawan ketidakpunyaan, melawan kepenatan yang rela demi kebersamaan itulah Lebaran di Indonesia. Menjadi "simbol" kasih sayang terhadap sanak sauda di kampung halamannya.

Simbol tersebut menjadi simpulan dari setiap kejaran 1 Syawal, bagaimana sebelumnya mereka masing-masing mengejar "keduniawian" demi kesenangan masing-masing, yang terasa melupakan sanak keluarga lainnya, dan bisa dimaafkan saat 1 Syawal.

Apa bedanya dengan Sejarah sebuah Bangsa, yang pernah saling menjajah namun saat saling membutuhkan mereka seakan hewan simbiosis mutualisme. Jika hal ini terus dibiarkan, tentu menjadi karang yang keras yang justru akan menghalangi lahirnya paradigma baru terhadap setiap landasan teologis & landasan filosofis dari "persaudaraan".

Semoga kita benar-benar menjadi Muslim yang kaffah, yang tak pernah henti mengangkat derajat kita (dengan selalu "membaca" pedoman kira) untuk memahami segala hal keduniawian.

Waallahualambilqur'anilkariim...

Share this

0 Comment to "PARADIGMA PERSAUDARAAN DALAM LEBARAN"

Posting Komentar